www.cimbniaga.co.id production

Memahami Yield, Persentase Imbal Hasil yang Diterima Investor

 

“Dalam dunia keuangan, yield adalah salah satu indikator penting untuk menilai potensi keuntungan dari suatu instrumen investasi. Apa pentingnya mengetahui yield?”

Bagi investor, mengetahui apa itu yield adalah hal penting dalam mengambil keputusan finansial. Selain itu, Anda juga perlu tahu apa saja jenis investasi yang menguntungkan dan sesuai kebutuhan.

Pengertian Yield dan Fungsinya

Secara sederhana, yield adalah persentase imbal hasil yang diperoleh investor atas suatu investasi dalam periode waktu tertentu yang biasanya dihitung per tahun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.08/2009, imbal hasil atau yield adalah keuntungan investasi yang diharapkan oleh investor dalam bentuk persentase per tahunnya.

Yield menjadi acuan bagi investor untuk menilai seberapa besar keuntungan yang bisa didapat dari instrumen tertentu, seperti obligasi, reksa dana pendapatan tetap, atau saham dividen.

Selain mengukur potensi keuntungan, fungsi yield adalah untuk membantu investor dalam membandingkan efektivitas antar instrumen investasi.

Baca Juga: Pahami Jenis-jenis Investasi, Manfaat dan Tujuannya

Jenis-jenis Yield

Ada beberapa jenis-jenis yield yang perlu Anda kenali sebagai seorang investor:

  1. Nominal Yield

    Nominal yield adalah besaran persentase kupon tahunan yang telah dijanjikan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi. Jenis yield ini juga dikenal sebagai kupon.

  2. Current Yield

    Current yield adalah persentase pengembalian tahunan dari obligasi berdasarkan harga pasar saat ini.

    Yield ini diperoleh dengan menghitung rasio antara nilai kupon tahunan dari obligasi dengan harga pasar obligasi tersebut pada saat ini.

  3. Yield to Maturity (YTM)

    Yield to maturity merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan jika investor membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahannya hingga jatuh tempo. 

    Nilai ini dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang membuat jumlah nilai sekarang dari seluruh arus kas masa depan obligasi setara dengan harga pasar saat ini.

  4. Yield to Call (YTC)

    Yield to Call (YTC) memiliki prinsip serupa dengan yield to maturity. Namun, YTC mengacu pada tingkat imbal hasil yang dapat diperoleh dari obligasi yang memiliki opsi untuk ditebus kembali (callable bond).

    Obligasi callable memungkinkan penerbitnya untuk melakukan pelunasan atau pembelian kembali obligasi dari investor sebelum tanggal jatuh tempo.

Baca Juga: Pahami Apa Itu Investor, Peran, Tipe, Hingga Tips Memulainya

Bagaimana Menghitung Yield?

Masing-masing jenis yield memiliki rumus dan perhitungannya sendiri. Berikut ini penyajian rumus untuk masing-masing jenis yield di atas:

  1. Nominal Yield

    Nominal yield merupakan persentase kupon yang tertera pada obligasi tanpa memperhitungkan harga pasar obligasi. Berikut rumus perhitungan nominal yield:

    Nominal Yield = Kupon tahunan / nilai nominal obligasi

    Sebagai contoh perhitungan, kupon tahunan Rp80.000 dan nilai nominal Rp1.000.000. Maka, nilai nominal yield adalah sebagai berikut:

    Nominal Yield = Kupon tahunan / nilai nominal obligasi
    = Rp80.000 / Rp1.000.000
    = 0,08 atau 8%

  2. Current Yield

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas, current yield merupakan rasio antara pembayaran kupon tahunan dengan harga obligasi saat ini. Rumus current yield adalah:

    Current Yield = Pembayaran kupon tahunan / harga obligasi saat ini

    Contoh perhitungannya, jika obligasi membayar kupon Rp50.000 per tahun dan harga obligasinya sebesar Rp1.000.000, maka nilai current yield adalah:

    Current Yield = Pembayaran kupon tahunan / harga obligasi saat ini
    = Rp50.000 / Rp1.000.000
    = 0,05 atau 5%

  3. Yield to Maturity

    Nilai yield to maturity bisa dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan berikut:

    Yield to maturity = [pembayaran kupon tahunan + (nilai nominal obligasi − harga obligasi saat ini) / jumlah tahun hingga jatuh tempo] ÷ [(nilai nominal obligasi + harga obligasi saat ini) / 2]

    Contoh perhitungannya, obligasi memiliki nilai nominal Rp1.000.000, harga pasar Rp950.000, kupon tahunan Rp80.000, dan jatuh tempo 5 tahun. Maka perhitungan YTM adalah:

    Yield to maturity = [Rp80.000 + (Rp1.000.000 − Rp950.000)/5] ÷ [(Rp1.000.000 + Rp950.000)/2]
    = [Rp80.000 + Rp10.000] ÷ Rp975.000
    = Rp90.000 ÷ Rp975.000
    = 9,23%

    Untuk hasil lebih akurat, umumnya digunakan metode iterasi dengan kalkulator keuangan atau spreadsheet.

  4. Yield to Call

    Yield to call menghitung imbal hasil apabila obligasi ditebus sebelum jatuh tempo pada tanggal call. Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus berikut:

    Yield to call = [pembayaran kupon tahunan + (harga penebusan obligasi - harga pasar obligasi)/jumlah tahun sampai call) ÷ [(harga penebusan obligasi + harga pasar obligasi) / 2]

    Untuk contoh perhitungannya, yaitu:

    • Harga penebusan (call price) = Rp1.100.000
    • Harga pasar obligasi saat ini = Rp1.000.000
    • Kupon tahunan = Rp80.000
    • Waktu sampai panggilan = 2 tahun

    Maka, nilai yield to call berdasarkan rumus pendekatannya adalah:

    Yield to call = [Rp80.000 + (Rp1.100.000 - Rp1.000.000)/2) ÷ [(Rp1.100.000 + Rp1.000.000) / 2]
    = [Rp70.000 + Rp50.000] ÷ Rp1.050.000
    = Rp130.000 ÷ Rp1.050.000
    = 12,48%

    Perlu diingat bahwa Yield to Call hanya relevan untuk callable bonds, yaitu obligasi yang bisa ditebus lebih awal oleh penerbitnya.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Yield

Beberapa faktor utama yang memengaruhi yield adalah sebagai berikut:

  1. Tingkat Suku Bunga

    Pergerakan suku bunga sangat memengaruhi potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari obligasi. Suku bunga dan yield adalah dua variabel yang berlawanan arah. 

    Ketika suku bunga mengalami kenaikan, harga obligasi cenderung menurun karena investor lebih memilih menyimpan dananya di perbankan yang risikonya lebih kecil dibandingkan obligasi.

    Sebaliknya, saat suku bunga menurun, harga obligasi meningkat karena investor lebih tertarik pada instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi. 

    Baca Juga: Bingung dengan Cara Hitung Bunga Bank? Berikut Informasinya

  2. Inflasi

    Faktor berikutnya yang memengaruhi yield adalah inflasi. Kenaikan inflasi yang tidak stabil dapat berdampak signifikan pada investasi surat berharga seperti obligasi. 

    Inflasi yang tinggi meningkatkan risiko investasi, karena nilai uang di masa depan akan turun. 

    Akibatnya, investor menuntut imbal hasil (yield) yang lebih tinggi untuk mengompensasi risiko tersebut. 

    Maka dari itu, pengaruh inflasi terhadap yield adalah hal yang sangat diperhitungkan oleh para investor.

  3. Peringkat Obligasi

    Faktor lain yang turut berpengaruh terhadap nilai yield adalah peringkat obligasi yang mencerminkan kemampuan penerbit dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga. 

    Semakin tinggi peringkat suatu obligasi, semakin rendah potensi gagal bayarnya. Obligasi dengan risiko rendah biasanya lebih diminati pasar, yang menyebabkan harga obligasi naik.

    Ketika harga meningkat, nilai yield akan menurun. Oleh karena itu, peringkat obligasi memiliki korelasi negatif terhadap tingkat yield.

  4. Jangka Waktu (Umur) Obligasi

    Masa jatuh tempo atau durasi obligasi menunjukkan kapan penerbit wajib melunasi utangnya. 

    Secara umum, semakin panjang durasi obligasi, maka semakin tinggi pula risikonya. Untuk mengimbangi risiko tersebut, investor biasanya mengharapkan imbal hasil yang lebih besar.

    Oleh sebab itu, obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang cenderung memberikan yield yang lebih tinggi dibandingkan obligasi jangka pendek.

  5. Produk Domestik Bruto (PDB)

    Faktor terakhir yang memengaruhi yield adalah produk domestik bruto (PDB). Pertumbuhan PDB yang pesat biasanya menyebabkan penurunan nilai yield obligasi. 

    Hal ini disebabkan oleh prospek ekonomi yang membaik, sehingga memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan laba. 

    Dalam kondisi ini, investor lebih cenderung berinvestasi di sektor riil atau saham, bukan obligasi. 

    Karena risiko dianggap lebih rendah di tengah ekonomi yang berkembang, obligasi yang diterbitkan juga menawarkan yield lebih rendah. Artinya, PDB yang tinggi biasanya menurunkan tingkat yield obligasi.

Perbedaan Yield dan Kupon Obligasi

Meskipun sering disamakan, kupon dan yield adalah dua hal yang berbeda. Kupon adalah suku bunga yang secara rutin dibayarkan oleh penerbit obligasi kepada pemegangnya hingga tanggal jatuh tempo.

Sementara itu, yield adalah tingkat pengembalian yang diperoleh investor berdasarkan harga pasar obligasi saat ini, bukan nilai nominalnya.

Besar kecilnya nilai yield yang akan Anda terima nantinya ditentukan oleh nilai kupon yang dimiliki.

Memahami konsep dasar investasi, seperti yield adalah kunci untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan hasil.

Get Wealth Soon dengan Obligasi CIMB Niaga

Sudah tahu bahwa yield adalah kunci untuk memahami potensi keuntungan investasi? Sekarang saatnya Anda mengambil langkah nyata dengan investasi Obligasi dari CIMB Niaga.

Obligasi CIMB Niaga memiliki berbagai keunggulan sebagai berikut:

  • Pendapatan kupon dengan tingkat bunga tertentu sampai pada waktu jatuh tempo dan memiliki tanggal jatuh tempo yang pasti
  • Potensi kenaikan/apresiasi terhadap modal awal ketika diperjualbelikan.
  • Terdaftar pada bank kustodian atas nama masing-masing nasabah.
  • Dapat dijadikan sebagai jaminan, mengacu kepada syarat dan ketentuan yang berlaku
  • Nilai pokok investasi (principal) dan bunga dibayarkan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi
  • Berbagai pilihan jenis dan tenor yang memberi fleksibilitas untuk membeli obligasi yang sesuai dengan profil risiko dan preferensi investor.

Tunggu apalagi? Mulai investasi Anda sekarang dan wujudkan kebebasan finansial lebih cepat dengan CIMB Niaga. Yuk, Get Wealth Soon!

Produk Terkait

Obligasi

Biaya spesial dan return lebih tinggi

Batavia Dana Obligasi Ultima (BDOU)

XTRA Savers Valas

Transaksi valas dengan 15 pilihan mata uang