26 September 2025
Market review
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) naik ke sekitar 98,6 – yang merupakan level paling tinggi dalam tiga minggu – setelah rilis data ekonomi AS yang sangat bagus. Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan dua direvisi naik menjadi 3,8% QoQ SAAR, dari estimasi sebelumnya sebesar 3,3%. Selain itu klaim tunjangan untuk pengangguran di AS pada tanggal 20 September hanya 218 ribu, jauh di bawah estimasi pasar sebesar 233 ribu.
Indeks dolar AS yang meningkat ini menyertai kemungkinan bahwa penurunan suku bunga Federal Reserve hanya 25 bps saja di sisa tahun ini dari sebelum rilis data ekonomi sebesar 50 bps. Dalam seminggu terakhir, penguatan indeks dolar AS terutama disebabkan oleh melemahnya yen Jepang (1,2%) dan dolar Kanada (1,1%). Untuk informasi, rupiah juga melemah sekitar 1,0% terhadap dolar AS dalam periode yang sama.
Menguatnya dolar AS ini dapat menjadi dilema bagi pemerintah Indonesia dalam upayanya untuk terus memberikan stimulus fiskal dan moneter untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sumber pendanaan dalam negeri yang terbatas dan kembali menguatnya dolar AS hanya menyisakan dua opsi untuk pendanaan stimulus pemerintah yaitu: 1. Mempertahankan suku bunga rupiah tetap rendah, mengandalkan pendanaan dari Bank Indonesia, dengan risiko penguatan dolar terus berlanjut; 2. Menaikkan suku bunga rupiah, mengandalkan pendanaan luar negeri, dengan risiko utang luar negeri yang meningkat.
Rentang perdagangan USD/IDR pada hari ini diperkirakan antara 16.600 – 16.900. Pada hari Kamis kurs JISDOR Bank Indonesia (BI) berada pada 16.752. Level resisten kurs USD/IDR berikutnya di kisaran 17.000 dan 17.300.
Pasar Obligasi Negara Indonesia – Indikasi yield pada penutupan hari Kamis adalah 4,79% (1Y), 5,14% (3Y), 5,53% (5Y), 6,40% (10Y), dan 6,87% (20Y). Kemarin, yield naik rata-rata 7 bps pada tenor 3 dan 7 tahun sedangkan tenor 1 tahun turun 3 bps.
Arus dana asing di pasar modal Indonesia turun cukup banyak berdasarkan data terakhir. Indeks saham IHSG ditutup turun 86 poin pada posisi 8.041, pada tanggal 25 September 2025, dan kepemilikan asing pada saham Indonesia tercatat turun IDR 1 triliun. Di sisi lain, kepemilikan asing pada obligasi pemerintah turun IDR 3,2 triliun pada tanggal 24 September 2025.
Baca lebih lanjut, klik disini