24 March 2023
Market review
Di luar dugaan pelaku pasar keuangan global, Federal Reserve (The Fed) tetap mempertahankan komitmen dalam mengendalikan tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) walaupun dampak negatif kebijakan moneter ketat mulai dirasakan pada sistem perbankan di AS dan Swiss. The Fed menaikkan target atas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,0% pada rapat tanggal 22 Maret 2023. The Fed mengatakan bahwa beberapa kali kenaikan suku bunga acuan masih akan dilakukan di rapat-rapat berikutnya. Di sisi lain, pelaku pasar keuangan tetap berpendapat suku bunga acuan The Fed akan turun ke arah 4,0% pada akhir tahun ini.
Dalam memperkirakan indikator makro ekonomi AS pada akhir tahun 2023, anggota The Fed melihat tingkat inflasi akan lebih tinggi dan tingkat pengangguran akan lebih rendah dibandingkan dengan prediksi sebelumnya di bulan Desember. Namun demikian anggota The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan sedikit dibawah prediksi sebelumnya. Indeks dolar AS turun sekitar 100 pips ke kisaran 102,30 sedangkan yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun turun sekitar 20 bps ke sekitar 3,95% pasca rapat The Fed.
Rentang perdagangan USD/IDR pada hari ini diperkirakan antara 15.300 – 15.500 (grafik di halaman 2). Pada hari Selasa kurs JISDOR Bank Indonesia (BI) berada pada 15.349.
Pasar Obligasi Negara Indonesia – Indikasi yield pada penutupan hari Selasa adalah 6,05% (1Y), 6,39% (3Y), 6,46% (5Y), 6,87% (10Y) dan 7,10% (20Y). Yield turun rata-rata 2 bps di sepanjang kurva dengan penurunan lebih besar pada tenor 1 dan 15 tahun.
Pemerintah menerbitkan obligasi syariah senilai IDR 11 triliun dari total permintaan yang masuk sebesar IDR 23,5 triliun. Yield rata-rata tertimbang hasil lelang adalah 4,86%, 6,41%, 6,48%, 6,61%, 7,14% dan 7,24%, masing-masing untuk SPNS Sep’23, PBS36 (2025), PBS03 (2027), PBSG01 (2029), PBS37 (2036), PBS33 (2047).
Arus dana asing di pasar modal Indonesia relatif stabil berdasarkan data terakhir. Kepemilikan asing pada pasar saham mengalami kenaikan sebanyak IDR 495 miliar dan indeks IHSG ditutup naik 79 poin ke posisi 6.691 pada tanggal 21 Maret 2023.
Baca lebih lanjut, klik disini.
21 - 25 November 2022
IDR Market – 15,650 / 15,660. Rentang perdagangan USD/IDR pada pekan ini diperkirakan antara 15.600 – 15.750. Pasar Obligasi Negara Indonesia – Indikasi yield pada penutupan hari Jumat adalah 5,57% (1Y), 6,62% (3Y), 6,82% (5Y), 7,04% (10Y) dan 7,17% (20Y). Yield naik rata-rata 8 bps terutama pada tenor 1 tahun pada pekan lalu.
DXY (Dollar Index) – 105.80. Dolar Indeks bergerak pada level 105,34 – 107,27 minggu lalu. Pernyataan beberapa pejabat Federal Reserve yang bernada hawkish terkait kebijakan moneter untuk memastikan angka inflasi kembali ke target The Fed di level 2% disaat data ekonomi AS mengindikasikan tekanan inflasi yang mulai mereda merupakan salah satu penggerak Dolar indeks minggu lalu.
DXY: Potensi Naik |
|||
Support | S1 = 105.75 | S2 = 104.60 | S3 = 103.85 |
Resistance | R1 = 107.70 | R2 = 108.45 | R3 = 109.65 |
GBP/USD – 1.2110 / 1.2120. GBPUSD bergerak pada range level 1.1710-1.2025 pada pekan lalu. GBPUSD pada hari Kamis pekan lalu berada di bawah tekanan bearish yang baru dan turun ke bawah 1.1800 di sekitar 1.1790, namun pada saat penutupan jam perdagangan hari Kamis, GBPUSD berhasil berbalik naik sekitar 100 pips dan diperdagangkan di sekitar 1.1888.
GBP/USD: Potensi Turun |
|||
Support | S1 = 1.1720 | S2 = 1.1555 | S3 = 1.1400 |
Resistance | R1 = 1.2040 | R2 = 1.2195 | R3 = 1.2360 |
AUD/USD – 0.6750 / 0.6760. AUDUSD bergerak pada range level 0,6633 – 0,6797 minggu lalu. Data employment change Australia bulan oktober pada angka 32.2k lebih besar dari perkiraan 15k bersamaan dengan unemployment yang sedikit menurun karena kondisi tenaga kerja yang terbatas atas peningkatan biaya upah merupakan salah satu penggerak AUDUSD pada pekan lalu.
AUD/USD: Potensi Turun |
|||
Support | S1 = 0.6605 | S2 = 0.6535 | S3 = 0.6440 |
Resistance | R1 = 0.6770 | R2 = 0.6865 | R3 = 0.6935 |
EUR/USD – 1.0420 / 1.0430. EURUSD bergerak pada range level 1.0354 – 1.0325 minggu lalu. EUR/USD melanjutkan kenaikannya setelah muncul data ekonomi AS yang menunjukkan bahwa tekanan inflasi terus mereda. Laporan inflasi produsen AS melalui Producer’s Price Index (PPI) pada Bulan Oktober, muncul dengan kenaikan diatas 8.0% pertahun, lebih rendah disbandingkan dengan yang diperkirakan sebesar 8.3%.
EUR/USD: Potensi Turun |
|||
Support | S1 = 1.0235 | S2 = 1.0150 | S3 = 1.0025 |
Resistance | R1 = 1.0445 | R2 = 1.0570 | R3 = 1.0655 |
Baca lebih lanjut, klik disini.
Currency | Open Price | Stop Loss | Take Profit 1 | Take Profit 2 |
Take Profit 3 |
Expiry Date |
GBP/USD : Buy |
1.2055 | 1.2000 | 1.2085 | 1.2120 | 1.2150 | 06 Februari 2023 14:00 WIB |
EUR/USD : Sell |
1.0840 | 1.0900 | 1.0780 | 1.0750 | 0.0000 | 06 Februari 2023 14:00 WIB |
AUD/USD : Sell |
0.7000 - 10 | 0.7060 | 0.6950 | 0.6900 | 0.6850 | 06 Februari 2023 14:00 WIB |
GBP/USD : Sell |
1.2120 - 30 | 1.2170 | 1.2030 | 1.1970 | 0.000 | 06 Februari 2023 14:00 WIB |
Open Price. Harga pembukaan atau harga pada saat pasar pertama kali dibuka.
Stop Loss. Sebuah order atau perintah untuk menutup posisi yang berguna untuk membatasi kerugian dalam nilai tertentu.
Take Profit. Sebuah order atau perintah untuk menutup posisi untuk membatasi keuntungan dalam nilai tertentu.
Expiry Date. Tanggal dan waktu kadaluarsa untuk indikator open price, stop loss, dan take profit.
Tekanan inflasi global yang tinggi dan kemungkinan disertai dengan kebijakan moneter yang lebih ketat tampaknya menjadi sorotan utama pelaku ekonomi di awal tahun 2022 ini. Perkembangan yang terjadi seiring dengan kembali meningkatnya pergerakan manusia ini dapat diartikan sebagai tantangan dan sekaligus peluang.
Arah pasar komoditas di tahun 2022 menjadi penting karena akan menentukan tekanan inflasi dunia. Pertanyaan yang muncul di benak sebagian pelaku ekonomi adalah apakah kenaikan harga komoditas akan seperti yang terjadi tahun 2021, lebih kecil atau malahan berbalik menurun. Perlu dicatat bahwa kenaikan harga komoditas yang tajam di tahun lalu terutama karena dasar harga yang sangat rendah di tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 diperkirakan akan mencapai 5,2% yang masih didukung oleh konsumsi rumah tangga dan belanja investasi. Tentu saja perkiraan ini dengan asumsi bahwa mobilitas masyarakat terus meningkat dan kasus COVID-19 tetap rendah. Peran ekspor neto yang dominan pada pertumbuhan ekonomi nasional antara tahun 2020-2021 diperkirakan akan menurun di tahun ini. Ekspor diperkirakan tumbuh melandai sedangkan impor akan tumbuh sangat tinggi di tahun 2022. Neraca transaksi berjalan yang kemungkinan besar surplus di tahun 2021 diperkirakan akan kembali defisit di tahun 2022.
Cadangan devisa Indonesia di akhir bulan Desember 2021 sebesar USD 144,9 miliar. Cadangan devisa naik USD 9 miliar dari posisi Desember 2020. Cadangan devisa yang cukup besar memberikan rasa aman di tengah risiko kebijakan moneter Federal Reserve yang semakin ketat.
Baca lebih lanjut, klik disini.
This report has been prepared by PT. Bank CIMB Niaga Tbk. (CIMB Niaga). While the information contained in this report has been compiled from reliable sources, CIMB Niaga makes no representation or warranty as to its accuracy or completeness and is not responsible for any errors or omissions. This report is not to be construed as a solicitation of any offer to buy or to sell any securities or foreign exchange and CIMB Niaga does not guarantee the accuracy, timeliness, completeness, performance or fitness for a particular purpose of this report or any of the information. Therefore, the contained information are not guarantees of future performance and undue reliance should not be placed on them. CIMB Niaga may from time to time have positions in or buy or sell any securities or foreign exchanges referred in this report. Foreign exchange rates stated in this report are indicative rate only and are not CIMB Niaga’s foreign exchange rates. It is not allowed to reproduce by any media whatsoever, a part or a whole info, without CIMB Niaga’s prior approval. Copyright 2021 PT. Bank CIMB Niaga Tbk.