www.cimbniaga.co.id production

03 Mei 2024

Market Review

Inflasi headline Indonesia pada bulan April 2024, yang merupakan bulan hari raya Idul Fitri, sebesar 3,0% year-on-year (yoy) atau 0,25% month-on-month (mom). Inflasi yoy di bulan April 2024 sudah jauh lebih rendah dibandingkan inflasi April 2023 yang sebesar 4,33% yoy, namun meningkat jika dibandingkan dengan inflasi terendah tahun 2023 yang sebesar 2,28% yoy pada bulan September. Pertumbuhan uang beredar (M2) yang meningkat menyertai kenaikan inflasi dalam enam bulan terakhir. Uang beredar (M2) tumbuh 7,18% yoy pada Maret 2024, naik dari 6,18% yoy pada Maret 2023, juga lebih tinggi dibandingkan 3,35% yoy pada November 2023.

 

Inflasi headline telah kembali ke bawah 3,5% yoy, yang merupakan batas atas target Bank Indonesia, sejak Juli 2023. Di sisi lain inflasi inti tidak pernah naik di atas 3,5% yoy sejak sebelum pandemi COVID-19. Inflasi inti pada April 2024, yang mencerminkan permintaan agregat, sebesar 1,82% yoy jauh di bawah inflasi headline. Bobot inflasi inti adalah sekitar 65% dari inflasi headline. Untuk informasi target inflasi Bank Indonesia (BI) adalah 2,5% ± 1% pada tahun 2024.

 

Penyumbang terbesar inflasi bulanan April 2024 adalah kelompok transportasi (0,93% mom) dan kelompok perawatan pribadi (1,33% mom). Sebaliknya, kelompok barang dan jasa yang mengalami deflasi pada bulan April adalah bahan makanan. Beberapa barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga terbesar pada bulan April adalah tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, dan emas perhiasan.

 

Inflasi bahan makanan menjadi tantangan paling besar yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia. Harga-harga bahan makanan secara konsisten tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi headline. Keadaan ini terjadi seiring dengan produksi tanaman pangan yang tumbuh jauh di bawah pertumbuhan konsumsi makanan.

 

Suku bunga acuan BI Rate diperkirakan akan bertahan pada 6,25% hingga Juni 2024 dan baru turun bertahap pada semester II 2024 ke arah 5,25% pada akhir tahun. Prediksi ini dengan asumsi bahwa rata-rata inflasi Indonesia di tahun 2024 berada dalam kisaran 2,50 - 3,0% dan nilai tukar rupiah tetap stabil di kisaran 15.800 – 16.300. Inflasi inti yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi headline memberikan sinyal bahwa kondisi permintaan agregat dalam negeri masih dalam tahap pemulihan yang membutuhkan stimulus fiskal dan moneter agar bisa kembali ke level yang lebih normal seperti sebelum pandemi COVID-19. Di sisi lain, suku bunga global yang masih tinggi dan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang terjadi pada tahun 2023, mungkin memaksa BI untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi untuk sementara waktu.

 

Rentang perdagangan USD/IDR pada hari ini diperkirakan antara 15.975 – 16.275. Pada hari Kamis, kurs JISDOR Bank Indonesia (BI) berada pada 16.202.

 

Pasar Obligasi Negara Indonesia – Indikasi yield pada penutupan hari Kamis adalah 7,01% (1Y), 7,04% (3Y), 7,02% (5Y), 7,12% (10Y) dan 7,01% (20Y). Pada hari Kamis, yield turun rata-rata 10 bps di sepanjang kurva dengan penurunan lebih besar pada tenor 15 tahun.

 

Arus dana asing di pasar modal Indonesia turun berdasarkan data terakhir. Kepemilikan asing pada pasar saham mengalami penurunan sebanyak IDR 2,6 triliun dan indeks IHSG ditutup turun 117 poin ke posisi 7.117 pada tanggal 2 Mei 2024. Di sisi lain, kepemilikan asing pada obligasi IDR pemerintah turun 1,2 triliun pada tanggal 30 April 2024.

 

 

Baca lebih lanjut, klik disini